Friday, September 6, 2019

Pesona UKM Jogja, dari Thiwul Panggang hingga Minuman Rempah Kapulaga

Thiwul Panggang salah satu produk UKM Jogja

Dapatkah kita tetap duduk manis di rumah namun masih mendapatkan penghasilan?
Berapa lamakah kau akan tetap menggelepar menggantung di sayap orang? Kembangkan sayapmu sendiri dan terbanglah lepas seraya menghirup udara bebas di taman luas (Dr. Sir M. Iqbal)

Barangkali semangat itulah yang terus memotivasi ibu Rubikem atau yang terkenal dengan nama mbak Rub untuk memulai sebuah usaha. Nama ‘mbak Rub’ yang kini disematkan dalam produk khas Bantul yang juga menjadi salah satu unggulan UKM Yogyakarta, yakni Thiwul.

Jika mendengar kata Thiwul maka, sebagian besar dari kita akan mendeskripsikannya sebagai makanan jadul  berbahan singkong yang kini sudah jarang dikonsumsi oleh masyarakat karena rasa dan tampilannya yang tradisional.

Ya, definisi diatas memang masih benar untuk menjelaskan tentang makanan yang menjadi khas daerah Gunung Kidul ini. Thiwul memang makanan berbahan singkong (ketela pohon), pohung, serapah, atau sapah sebutannya di beberapa daerah. Lebih tepatnya Thiwul terbuat dari singkong yang sudah melalui proses kupas, jemur, hingga mengering menjadi gaplek. Tepung gaplek inilah yang pada akhirnya menghasilkan Thiwulsetelah dikukus.

Thiwul sebagai makanan pengganti nasi memang identik dengan makanan jadul karena saat ini sebagian masyarakat sudah tidak mengkonsumsinya lagi sebagai makanan pokok seperti halnya zaman dahulu sebelum kemerdekaan, yang mana untuk dapat makan Thiwul saja butuh perjuangan dan tidak semua orang dapat menikmatinya sebagai sumber karbohidrat.
Thiwul Panggang beraneka rasa 

Meskipun keberadaan Thiwul tidak se-urgentnasi yang hingga saat ini masih menjadi makanan pokok utama masyarakat Indonesia, namun jangan salah! Kini Thiwul tidak lagi dikenal sebagai makanan rakyat jelata dengan tampilan sederhana. Ada banyak variasi dan inovasi yang mengubah Thiwulmenjadi ‘kuliner kelas atas’. Setidaknya predikat ini menengok pada keberadaan Thiwul yang saat ini memiliki ragam, baik soal rasa maupun bentuknya.
Kemasan Thiwul Panggang

Thiwul Pangganginovasi mbak Rub yang menjadi salah satu pelaku UKM Jogja (Dinas Koperasi UKM di Yogyakarta) ini adalah contohnya. Thiwul yang notabenenya berasal dari singkong, saat ini dapat disandingkan dengan kudapan modern semacam cake dan brownies. Soal rasa, Thiwul Panggang juga tidak kalah dengan berbagai makanan kekinian yang mayoritas mengadopsi taste masyarakat barat.
Thiwul Panggang Original (Gula Jawa)


Tidak hanya Thiwul yang mampu mempertahankan eksistensinya dalam dunia kuliner, satu lagi produk Mbak Rub yang kini mengikuti selera pasar, yaitu Gathot. Gathot atau Cethot masih satu keluarga dengan Thiwul karena sama-sama berbahan dasar Singkong, hanya saja Gathot diolah dari gaplek tanpa harus ditumbuk atau dihaluskan menjadi tepung. Gaplek (singkong yang sudah dikeringkan) dapat langsung dikukus. Meski tampilannya ‘biasa aja’ menurutku Gathot lebih menyehatkan daripada junkfood atau fastfood yang biasa kita konsumsi karena proses pengolahan dan bahannya masih sangat alami. Tentu menyehatkan!


Gaya hidup kekinian yang terbiasa sibuk dan serba cepat telah mengubah sebagian orang untuk berpaling dari gaya konvensional menuju ke gaya modern dan praktis. Hal ini pula yang mendasari mbak Rub untuk cepat berinovasi dengan membuat Tepung Thiwul Siap Saji dan Gathot Siap Saji. Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi peluang yang menjanjikan bagi pelaku usaha bisnis yang mampu membaca keadaan.

Bagi kalian yang ingin melihat proses pembuatan Thiwul Panggang, memesannya sebagai cemilan dalam berbagai acara atau sekedar wisata kuliner untuk menambah ilmu pengetahuan dapat datang langsung ke Dukuh Cempluk Rt 05 Mangunan, Bantul, Yogyakarta atau menghubunginya via WhatsApp (mobile +6281904034217). Monggo J

------------------------------------------------------------------

Sebagian orang memilih rutinitas yang membosankan dengan menjadi karyawan yang mendapatkan penghasilan pasti setiap bulan, meskipun seringnya proses menunggu itu diwarnai dengan acara ‘sesak nafas’. Entah bekerja sebagai pegawai swasta maupun pegawai negeri, yang jelas kepastian penghasilan menjadi alasannya. Namun sebagian memilih untuk membuka usaha sendiri dengan penghasilan yang  tidak pasti. Tertarik mengelola bisnis sendiri meskipun harus dimulai dari skala kecil tentu membutuhkan mental entrepreneur yang kuat.

Bagaimana dengan menjadi karyawan namun tetap memiliki bisnis sendiri? Seperti itulah yang dilakukan oleh Bapak dan Ibu Sasmito. Penghasilan yang stabil tidak lantas membuat mereka malas berusaha. Mulai merintis usaha sejak masih menjadi pegawai negeri di salah satu kantor dinas Yogyakarta hingga kini setelah pensiun masih menekuni bisnisnya.


Menurut kesimpulan saya pribadi setelah berbincang dengan Bapak dan Ibu Sasmito, ‘memulai usaha itu mudah, yang sulit adalah mempertahankannya’ jika berbicara pada keterbatasan yang sebagian besar dikeluhkan oleh orang yang akan memulai usaha, yaitu modal. Sebenarnya kurang tepat, karena langgeng tidaknya sebuah usaha bukan bergantung pada modal,  artinya modal bukan satu-satunya faktor penentu. Kalaupun modal harus dijadikan sebagai penyumbang terbesar terhadap keberhasilan usaha, maka modal itupun tidak hanya terbatas pada materi, uang dan setara kas misalnya. Memulai sebuah usaha butuh banyak uang.

Bermula pada REMPAH-REMPAH. Tahukan kalian? Rempah-rempahlah yang telah memesonakan bangsa asing untuk datang ke Indonesia hingga akhirnya nusantara ini dijajah berabad-abad lamanya. Semuanya karena rempah-rempah, kekayaan Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Kapulaga (Ini lho yang membuat bangsa kita jadi rebutan)

Berbisnis sekaligus merawat keanekargaman hayati lokal adalah upaya yang dilakukan oleh Bapak dan Ibu Sasmito. Sejak dulu Indonesia sudah dikenal dengan berbagai macam rempah khas seperti cengkeh, pala, lada, kapulaga, tumbar, jinten, merica, secang, kayu manis, adas, dan masih banyak lainnya. Kita biasa menjumpai rempah tersebut sebagai bumbu yang melengkapi hidangan dengan cita rasa nusantara atau sebagian orang menggunakannya sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Minuman Organik Luluve

Berbeda dengan fungsinya sebagai bumbu, pasangan suami istri yang berasal dari Sleman ini justru lebih suka mengolah rempah sebagai bahan minuman herbal yang menyehatkan. Bisnis yang sudah mempunyai brand dengan nama LULUVEini tidak hanya menyediakan tanaman obat dalam bentuk mentah namun juga lengkap dengan berbagai olahannya. Meramu berbagai rempah hingga menghasilkan komposisi yang pas, sehat dan enak. Sehat tidak lagi senada dengan jamu pahit atau obat yang membuat kita muntah. Sehat kini dapat dinikmati dalam tegukan minuman berwadah praktis.
Minuman Organik berbahan Aloe Vera

Kapulaga yang secara ilmiah tergolong dalam keluarga Jahe-jahean, memiliki aroma khas sehingga banyak digunakan sebagai bahan penyedap masakan ternyata mampu diolah Pak Sasmito menjadi minuman herbal yang menyegarkan.
Jahe merah produksi Yogyakarta miliki Luluve


Ada keterampilan atau skill yang selama ini kurang dianggap berharga oleh Bapak dan Ibu Sasmito, skill yang sebenarnya sangat dibutuhkan dan harus melekat dalam jiwa seorang wirausaha. Dengan jumlah uang yang dimiliki mungkin hampir semua orang dapat memulai sebuah binis, dalam sekejap mendirikan usahanya dengan megah, namun untuk mempertahankannya? Belum tentu semuanya bisa. Hanya dengan berkedipsebagian orang dapat membangun sederet usaha baru yang tidak membutuhkan waktu lama, tetapi bagaimana dengan kelangsungan usaha tersebut? Dapatkah langgeng? Dalam bahasa orang ekonomi akuntansi, dikenal prinsip going concern, yang berarti bahwa sebuah usaha dimaksudkan akan beroperasi terus menerus. Namun kenyataan di lapangan menjaga sakinah mawadah warohmah-nya sebuah usaha tidaklah semudah teori yang kita pelajari, karena apa? Jawabannya adalah kesiapan mental sangat dibutuhkan dalam menjalankan usaha/bisnis yang dimiliki. Meskipun pada awalnya semua produk tersebut terkesan “apaan nih?” bagi banyak oranng.
Rempah mentah produk Luluve


Menimba ilmu dari usaha yang dirintis oleh mereka maka kesiapan mental adalah yang utama: pelaku usaha harus berani mengambil resiko, pantang menyerah, kreatif, inovatif, dan berpikir maju. Beberapa poin tersebut sudah menjadi menu wajib bagi seorang entrepreneur. Mendapatkan penghasilan lebih dari standar yang kita harapkan tentu menjadi sebuah keberhasilan , namun dalam kondisi tertentu mendapatkan penghasilan jauh dari yang diharapkan sudah menjadi resiko yang harus dihadapi. Karena memang seperti itulah bisnis, resiko tersebut selayaknya sudah diperhitungkan sebelum memulai usaha. Utamanya saat mengelola Usaha Kecil Menengah atau usaha dalam skala kecil.
Miuman rempah Luluve



Jangan salah, justru sektor UKM, khususnya PLUT-KUMKM di Yogyakarta inilah yang paling kuat dan mampu bertahan saat krisis global terjadi. Maka tidak mengherankan jika dalam perekonomian Indonesia Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peranan yang sangat penting, karena sebagian masyarakat Indonesia masih berpendidikan rendah dan menggantungkan hidup pada usaha kecil baik sektor tradisional maupun modern, disamping itu sektor UKM juga potensial dalam penyerapan tenaga kerja. Satu hal yang perlu digaris bawahi oleh kita semua, usaha besar berawal dari usaha kecil
Kontak UKM Luluve



--------------------------------------------------------------

Sebagai cikal bakal tumbuhnya usaha besar, maka UKM ibarat permata yang berharga dalam roda perekonomian bangsa. Dalam pemahaman Selera Pasar, kegiatan Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat membutuhkan strategi yang harus yang mendukung penjualan. Diantaranya adalah:
1.      Kegiatan pemasaran
2.      Periklanan
3.      Jejaring usaha (networking)


Adalah tiga hal yang sudah dioptimalkan oleh mbak Poppy Amalia dalam menjalankan bisnisnya. Masih berkonsep organik, hidup sehat, dan back to nature. Mbak Poppy yang merintis usaha dapur hijau, produksi snack tanpa msg, baby dan balita cookies, dan berbagai bumbu dapur non msg sangat pandai membaca peluang pasar dan menerapkan strategi pemasaran.
Produk De Hijau 

Saat ini langgengnya Usaha Kecil Menengahpun tidak lepas dari adanya teknologi dalam pemasaran, bahkan untuk UMK periklanan melalui sosial media adalah hal yang ‘wajib’ dilakukan, selain karena gratis, kecenderungan masyarakat kita saat ini memang berpaku pada gadget dan berbagai teknologi dalam lingkup sosmed.


Penerapan teknologi dalam menjalankan bisnis baik berbasis web maupun e-commerce sangat berpengaruh terhadap penjualan produk. Mbak Poppy sendiri mengenalkan produknya pertama kali melalui media sosial Facebookdan Instagram. Penggunaan teknologi sebagai strategi ternyata menjadi jurus ampuh dalam mendapatkan pangsa pasar, bahasa mudahnya adalah pelaggan lebih tertarik dengan produk yang diiklankan dalam sosial media. Selain mendorong UKM untuk dapat bersaing dengan usaha besar, penggunaan teknologi juga dapat membantu mbak Poppy sebagai pelaku bisnis dalam melakukan inovasi dan diferensiasi produk.



Bagi kalian yang ingin belajar bisnis berkonsep organic atau berbelanja produk-produk makanan sehat tanpa msg dapat berkunjung ke usaha mbak Poppy di Jl KH Dahlan Gg Mangga, Rt 04, Badegan, Bantul, Yogyakarta.

Silahkan Tinggalkan Pesan dan Komentar Anda di sini... ; ) Terima Kasih atas Kunjungan Anda...

HARAP JANGAN PANGGIL SAYA "MAS" KARENA OWNER BLOG INI SEORANG WANITA