Showing posts with label usahakecilmenengah. Show all posts
Showing posts with label usahakecilmenengah. Show all posts

Sunday, September 15, 2019

Jogja Siap Memikat Pasar Internasional Lewat Produk UKM Lokal

Midera sak jagad raya, kalingana wukir lan samodra.
(Keliling seluruh jagat rayapun, terhalang gunung dan samudera sekalipun)
Ora ilang memanise aduh dadi ati saklawase.
(Tidak bisa menghilangkan pesona manisnya, terkenang selamanya)
Nalikanira ing wengi atiku lam lamen sira wong ayu.
(Saat malam tiba hatiku terngiang-ngiang kamu yang cantik)
Nganti mati ora bakal lali hla kae lintange mlaku.
(Sampai mati tidak akan lupa, lihatlah di langit, bintang-bintang berjalan pelan)
Gelar Produk UKM Oleh Diskopukm DIY (Dok. Pibadi)


Sebait langgam berjudul Nyidam Sari diatas mengalun merdu ditengah acara Gelar Produk Pelaku UKM (UKM Lokal, Berdaya Saing) yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan UKM Daerah Istimewa Yogyakarta di Museum Gunung Merapi Sleman, Yogyakarta pada Minggu sore 15 September 2019. Senada dengan arti dari tembang Jawa tersebut perjalanan mengintari stand para pelaku Usaha Kecil Menengah  DIY meninggalkan kesan sendiri bagi para pengunjung. Sekedar menikmati pertujukan seni tradisional Jathilan bersama sanak keluarga sebagai sarana pelepas penat di akhir pecan ataukah berpetualang ria dengan mengenal produk-produk UKM kebanggan Yogyakarta, yang pasti keramaian acara pameran produk unggulan milik Daerah Istimewa Yogyakarta ini berhasil menghipnotis banyak kalangan dari balita hingga lansia untuk berlama-lama di Museum yang berfungsi sebagai pusat layanan informasi tentang Gunung Merapi tersebut.

Salah satu aksi 'Jathilan' dari 400 lebih kelompok yang dimiliki DIY (Dok.Pribadi)
Ya, benar sekali. Tidak terkecuali saya.  Dapat dibilang saya adalah orang yang nge-fans dengan sektor yang paling berperan dalam perekonomian Indonesia ini. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang sering mendapat julukan Si Kecil yang Berperan Besar. Sektor UMKM menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto terbesar di Indonesia. Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator pertumbuhan perekonomian, dimana pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka yang panjang . Output perkapita sekarang ini kita kenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB). PDB sendiri sangat berkaitan erat dengan jumlah penduduk sehingga PDB sangat dipengaruhi jumlah penduduk dan jangka waktu yang panjang, seperti yang kita tahu, Indonesia dihuni oleh mayoritas masyarakat ekonomi kecil menengah yang mengandalkan penghasilan dari matapencaharian sebagai pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Suasana Keramaian Gelar Produk UKM (Dok. Pribadi)
Bagaimana tidak? Mulai dari membuka mata di pagi hari hingga memejamkan mata di malam hari, kegiatan kita tidak lepas dari adanya Usaha Kecil Menengah. Membeli nasi untuk sarapan, membeli perlengkapan sekolah, membeli sembako, membeli peralatan make up, membeli perlengkapan bayi, membeli peralatan rumah tangga hingga pemenuhan kebutuhan otak seperti les mapel sekolah  kita peroleh dari adanya kegiatan UKM. Rasanya tidak berlebihan jika menyebut UMKM sebagai penentu maju tidaknya ekonomi suatu negara.


Sumber Data :BPS
Peran penting UKM secara umum dapat kita lihat dari perkembangan yang signifikan dan peran UKM sebagai penyumbang PDB terbesar di Indonesia dari tahun beberapa tahun terakhir, 2016 hingga tahun 2017 menunjukkan peningkatan jumlah PDB UKM dari Rp. 11.712.450,00 Milyar menjadi Rp. 12.840.859,00 Milyar atau rata-rata mengalami perkembangan sebesar 9,63% per tahun. Kemudian pada Usaha Besar (UB) sumbangsih terhadap perkembangan PDB lebih sedikit dibandingkan UKM, dengan Persentase rata-rata perkembangan sebesar 9,21 % per tahun atau hanya sebesar Rp. 433.055,50. Dari data statistik yang yang diperoleh dari BPS, hingga tahun tahun 2017 UKM menyerap 3,43% dari total tenaga kerja Industri di Indonesia atau sebesar 120.260.185 juta, hal ini kontras dengan sektor Usaha Besar yang hanya mampu menyerap sekitar 433.055 juta orang tenaga kerja.  

Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa UMKM menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta Departemen Koperasi dan UKM. Sejauh pengamatan yang penulis lakukan, upaya Yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui departemen yang berwenang adalah pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat mengacu pada empowerment yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Salah satu pendekatan pemberdayaan masyarakat adalah dengan menekankan pada arti pentingnya masyarakat lokal yang mandiri (self-reliant communities) sebagai suatu sistem yang mampu mengorganisir dirinya sendiri.  
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu:


1.      Masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan.
2.      Pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan,

Dalam program ini Dinas Koperasi dan UKM Daerah Istimewa Yogyakarta berperan sebagai pihak yang membangun daya saing dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi atau daya yang dimiliki serta adanya upaya untuk mengembangkan pelaku UKM kearah yang lebih baik bersama dengan Plut Jogja sebagai Pusat Layanan Usaha Terpadu yang mewadahi serta mengembangkan kreatifitas loka yang dimiliki masyarakat. Secara umum pemberdayaan dapat diterjemahkan sebagai upaya untuk memampukan dan mengembangkan potensi atau daya yang ada pada diri sendiri atau orang lain (kelompoknya) untuk dapat berbuat lebih baik. Untuk mencapai tujuan pemberdayaan tersebut, dapat digunakan beberapa pendekatan dalam pemberdayaan yang akan mendukung tercapainya tujuan pemberdayaan itu sendiri.



Membangun daya disini dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing, sedangkan daya saing itu sendiri adalah faktor penting dalam kegiatan perekonomian, khususnya dalam  proses produksi barang dan jasa yang dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar. Dapat memproduksi barang belum tentu memiliki daya saing, karena pasar yang kompetitif mempunyai tolak ukur dari sisi peminat akan barang yang telah kita produksi. Pertanyaanya adalah bagaimana caranya produk-produk lokal kita memiliki daya saing global?

Sudah pasti tertuju pada inovasi dan kreasi yang mengikuti selera pasar. Apakah mengikuti selera pasar saja sudah cukup? Belum, kreatifitas dan inovasi produk harus diimbangi dengan kualitas, karena untuk bertahan pada persaingan pasar yang semakin ketat kebaruan saja tidak cukup untuk meyakinkan para pembeli atau konsumen. Lantas bagaimana dengan kesiapan UKM di Indonesia?

Menilik berbagai pelaku UKM DIY kita sudah mendapatkan sedikit gambaran bahwa produk lokal Indonesia sudah berdaya saing.
Setidanya pernyataan ini mengacu pada produk-produk yang menurut Point Of Viewdari saya sudah mampu merebut pasar, meskipun saat ini masih dalam proses rintisan menuju go-global.

1.      Pawiro Chocolate
Usaha bisnis yang menggabungkan kudapan tradisional khas Indonesia yaitu tempe dan Cokelat yang diyakini sebagain besar milenial sebagai moodbooster snack yang enak dan menyehatkan. Usaha ini merupakan inisiatif dari ibu Dyah pada tahun 2018 sebagai pelaku UMKM yang telah lama berkecimpung dalam pembuatan produk kreatif.
 
Ibu Dyah sebagai perintis UMKM Pawiro Chocolate

Varian Produk Pawiro Chocolate

Walaupun terbilang pemain baru dalam pasar kuliner di Indonesia khususnya di Yogyakarta namun UMKM yang awalnya hanya bersegmen pada vegan dan vegetarian nyatanya sejauh ini Pawiro Chocolate sudah didistribusikan di berbagai tempat di Jogja dan Jakarta seperti sekolah, universitas, swalayan, pusat oleh-oleh termasuk pasar swalayan nasional seperri SMESCO.

Mempromosikan nilai-nilai budaya Indonesia yang terkandung dalam tempe sebagai salah satu makanan khas negeri ini adalah visi dan misi yang ingin diwujudkan oleh Pawiro Choclate, selain untuk memajukan industri lokal owner bisnis ini juga menaruh harapan agar “cokelat tempe” menjadi salah satu makanan khas Indonesia yang dikenal di seluruh dunia.
Keunggulan produk ini pun diakui oleh para milenial yang saat ini mempunyai senjata untuk memviralkan segala sesuatu, termasuk chocolate tempe sebagai makanan kekinian.

Untuk kalian yang ingin mengenal lebih dekat dengan Pawiro Chocolate dapat menghubungi kontak berikut:



Instagram: @pawirochoc
Instagram Katalog :@pawirochoc.katalog
Facebook: @pawirochocolate
Komunikasi dan pemesanan dapat melalui E-Mail:coklatpawiro@gmail.com dan WhatsApp: 081294640729 atau rumah produksi di Jl. Pakem-Turi 21 km 0.5 Labasan, Pakem, Sleman, Yk


2.      Cahaya Bambu
Merupakan salah satu pelaku UMKM yang berkreatifitas melalyi pemanfaatan batang bamboo. Sudah sejak dahulu, masyarakat kita memanfaatkan tanaman ini untuk kehidupan sehari-hari mulai dari penggunaanya sebagai peralatan dapur (kukusan, tumbu, tampah, besek, bakul, dan keranjang).
 
Produk-produk dari UMKM Cahaya Bambu 
Kini setelah bangsa kita merdeka, bambu tidak lagi diruncingkan untuk mengusir  penjajah namun dapat diubah menjadi benda pelengkap interior rumah yang bernilai tinggi. Contohnya adalah lampu hias, kursi taman, bingkai foto, tempat tissue dan lemari hias.

Dari bisnis bambu ini kita dapat menyimpulkan bahwa menciptakan nilai produk itu sangat penting. Keunggulan dari produk ini adalah bahan dan proses yang berkualitas sehingga menghasilkan nilai seni, nilai jual dan nilai guna yang tinggi.

Untuk kalian yang ingin mengenal lebih dekat dengan proses produksi dapat mengunjungi alamat:
Terung RT 02 RW 51 Wedomartani, Ngemplak, Sleman atau Demangan RT 06 RW 03 Selomartani, Kalasan, Sleman.
  
3.      Rumah Rajut Bunda Tutik

Bagi kalangan anak muda tas rajut dapat menjadi aksesoris yang menarik untuk gaya seharian, sekedar untuk memenuhi tuntunan  definisi instagramable atau memang menggunakannya berdasarkan fungsi, intinya fashion berbahan rajut mempunyai pangsa pasar tersendiri. Kalau saya pribadi, lebih suka menggunakan tas rajut karena memang memiliki daya tahan yang lama. Tentunya selain karena desainnya yang unik dan mengusung tema tradisional klasik.
Taplak Gelas Rajut (Dok. Pribadi)

Sepatu Rajut (Dok. Pribadi)


Jogja sendiri mempunyai banyak UMKM Tas Rajut yang sudah go-nasional bahkan go-internasional.
 
Harga Tas Rajut dalam Kisaran 200.000an
Keunggulan dari produk Bunda Tutik ini adalah design yang mengikuti mode, kombinasi warna yang dipilih mempunyai daya pikat tersendiri, tidak membosankan namun juga tidak norak. Rancangan yang anggun dari bahan berkualitas membuat produk tas yang rata-rata dibandrol dengan harga 200-500 ribu ini tampil sederhana namun tetap classy.

Berikut ini adalah contoh produk Tas Rajut UMKM DIY



  



Bagi kalian yang ingin belanja atau melihat proses produksi tas rajut ini dapat berkunjung di:
Production Home Karanganyar, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.


4.      Puspa Nyindra
Tren masyarakat yang mulai menyukai kosmetik lokal juga dibaca oleh pelaku bisnis Puspa Nyindra yang memilih terjun ke bisnis kecantikan yang memproduksi berbagai material SPA dan Aromatheraphy.


Produk Puspa Nyindra (Dok. Pribadi)

Dengan alamat:
Tegalsari D04,RT 07 RW 30, Sariharjo, Ngaglik, Sleman (Kontak WhatsApp a.n Ratih Rosida 081904204244)

5.      Cao Kelor Pegagan
UMKM Teges Cao Kelor Pegagan (Dok. Pribadi)
Masih dalam konsep healthy food, minuman yang menyehatakan. Cao Kelor Pegaganyang didirikan oleh ibu Amalia Eka F. SP ini membuat formula baru dari daun Pegagan (baca: ada sebagian orang yang menyebutnya regedek). Selama ini mindset kita Cincau berasal dari Cincau. Padahal dari pengertiannya Cincau adalah gel serupa agar-agar yang diperoleh dari perendaman daun (atau organ lain) tumbuhan tertentu dalam air (Wikipedia:2019). 

Jadi, Cincau sendiri dapat dihasilkan atau diproduksi dari beberapa tumbuhan. Salah satunya adalah Cao dari daun Pegagan yang diformulakan oleh Bu Fat sebagai salah satu pelaku UMKM Sleman Yogyakarta.
Cao Daun Pegagan (Dok. Pribadi)




Tanaman herbal liar yang keberadaannya sering dipandang sebelah mata ini ternyata mempunyai segudang manfaat. Tidak lagi memiliki rasa pahit seperti olahan jamu Pegagan. Cao Pegagan disajikan dalam rasa yang lebih enak dan menyegarkan namun tidak mengurangi esensinya sebagai minuman yang menyehatkan.
Herbal Drink Cao Pegagan (Dok. Pribadi)

Dengan memberikan penjelasan yang lengkap bahwa Cao Pegagan mempunyai kandungan vitamin C 7x lebih banyak daripada Jeruk serta mampu meningkatkan daya ingat dan kecerdasan UMKM Teges milik bu Amalia ini berhasil mengubah cara pikir anak muda yang awalnya anti dengan segala macam tumbuh-tumbuhan untuk lebih mementingkan kesehatan, termasuk saya.


Untuk kalian yang ingin melihat langsung proses pembuatan Cao Kelor Pegagan UMKM Teges dapat menghubungi kontak 082226421287 atau berkunjung ke alamat : Jl. Kaliurang KM 21, Wonokerso, Hargobinangun, Pakem, Sleman, DIY


6. Sepatu Lukis "Eri 99" Batik
Sepatu Lukis Eri Batik (Dok. Pribadi)



Ketika kita berniat mengembangkan suatu bisnis, menciptakan sesuatu yang baru memang sangat diperlukan namun tidak harus sesuatu yang benar-benar baru. Kita tidak perlu menjadi penemu sepatu, namun kita bisa mengkreasikan sepatu menjadi sesuatu yang unik. Ya, seperti Sepatu Lukis Batik UMKM Eri dari Pakem Sleman ini. 
Flat Shoes  Batik Untuk Perempuan (Dok. Pribadi)

Kualitas yang ditampilkan sekaligus menjadi pembeda dari sepatu lukis lainnya adalah motif yang digunakan mengusung nilai-nilai kearifan lokal. Proses pembuatan lukispun tidak menggunakan printing paint, jadi sepatu lukis yang dihasilkan original dari karya tangan pengrajin UMKM Eri 99 Batik. Sepatu yang mempunyai kisaran harga 200-300 ribu per pasang ini sudah diminati oleh generasi muda, tidak hanya di Yogyakarta tetapi juga berbagai kota besar lainnya seperti Semarang dan Jakarta.
Penulis Bersama Owner Eri 99




Kesimpulannya, berdaya saing tidak hanya diartikan mampu menggaet pelanggan namun juga mempertahankan mereka agar tetap setia untuk membeli produk kita. Produk yang berupa barang maupun jasa yang menjadi fokus usaha kita. Berdaya saing artinya pelanggan puas dengan barang yang kita produksi serta mempunyai niat untuk kembali membeli.

Kuncinya, bagaimana cara kita mempertahankan pelanggan agar tetap setia dengan kita?


Di era milenial yang diiringi dengan membanjirnya pengguna internet khususnya di Indonesia maka sebagai produsen kita harus mutlak memiliki jejaring sosial (Facebook, Twitter, Instagram, Youtube atauWebsite produk. Tujuannya apa? Tentu untuk menunjukkan eksitensi produk kita yang dapat merangkul semua kalangan. Sebagaimana kiasan, mempertahankan memang lebih sulit daripada mendapatkan.




Penulis & Photo: Wiwin Juliyanti

Read more »

Friday, September 6, 2019

Pesona UKM Jogja, dari Thiwul Panggang hingga Minuman Rempah Kapulaga

Thiwul Panggang salah satu produk UKM Jogja

Dapatkah kita tetap duduk manis di rumah namun masih mendapatkan penghasilan?
Berapa lamakah kau akan tetap menggelepar menggantung di sayap orang? Kembangkan sayapmu sendiri dan terbanglah lepas seraya menghirup udara bebas di taman luas (Dr. Sir M. Iqbal)

Barangkali semangat itulah yang terus memotivasi ibu Rubikem atau yang terkenal dengan nama mbak Rub untuk memulai sebuah usaha. Nama ‘mbak Rub’ yang kini disematkan dalam produk khas Bantul yang juga menjadi salah satu unggulan UKM Yogyakarta, yakni Thiwul.

Jika mendengar kata Thiwul maka, sebagian besar dari kita akan mendeskripsikannya sebagai makanan jadul  berbahan singkong yang kini sudah jarang dikonsumsi oleh masyarakat karena rasa dan tampilannya yang tradisional.

Ya, definisi diatas memang masih benar untuk menjelaskan tentang makanan yang menjadi khas daerah Gunung Kidul ini. Thiwul memang makanan berbahan singkong (ketela pohon), pohung, serapah, atau sapah sebutannya di beberapa daerah. Lebih tepatnya Thiwul terbuat dari singkong yang sudah melalui proses kupas, jemur, hingga mengering menjadi gaplek. Tepung gaplek inilah yang pada akhirnya menghasilkan Thiwulsetelah dikukus.

Thiwul sebagai makanan pengganti nasi memang identik dengan makanan jadul karena saat ini sebagian masyarakat sudah tidak mengkonsumsinya lagi sebagai makanan pokok seperti halnya zaman dahulu sebelum kemerdekaan, yang mana untuk dapat makan Thiwul saja butuh perjuangan dan tidak semua orang dapat menikmatinya sebagai sumber karbohidrat.
Thiwul Panggang beraneka rasa 

Meskipun keberadaan Thiwul tidak se-urgentnasi yang hingga saat ini masih menjadi makanan pokok utama masyarakat Indonesia, namun jangan salah! Kini Thiwul tidak lagi dikenal sebagai makanan rakyat jelata dengan tampilan sederhana. Ada banyak variasi dan inovasi yang mengubah Thiwulmenjadi ‘kuliner kelas atas’. Setidaknya predikat ini menengok pada keberadaan Thiwul yang saat ini memiliki ragam, baik soal rasa maupun bentuknya.
Kemasan Thiwul Panggang

Thiwul Pangganginovasi mbak Rub yang menjadi salah satu pelaku UKM Jogja (Dinas Koperasi UKM di Yogyakarta) ini adalah contohnya. Thiwul yang notabenenya berasal dari singkong, saat ini dapat disandingkan dengan kudapan modern semacam cake dan brownies. Soal rasa, Thiwul Panggang juga tidak kalah dengan berbagai makanan kekinian yang mayoritas mengadopsi taste masyarakat barat.
Thiwul Panggang Original (Gula Jawa)


Tidak hanya Thiwul yang mampu mempertahankan eksistensinya dalam dunia kuliner, satu lagi produk Mbak Rub yang kini mengikuti selera pasar, yaitu Gathot. Gathot atau Cethot masih satu keluarga dengan Thiwul karena sama-sama berbahan dasar Singkong, hanya saja Gathot diolah dari gaplek tanpa harus ditumbuk atau dihaluskan menjadi tepung. Gaplek (singkong yang sudah dikeringkan) dapat langsung dikukus. Meski tampilannya ‘biasa aja’ menurutku Gathot lebih menyehatkan daripada junkfood atau fastfood yang biasa kita konsumsi karena proses pengolahan dan bahannya masih sangat alami. Tentu menyehatkan!


Gaya hidup kekinian yang terbiasa sibuk dan serba cepat telah mengubah sebagian orang untuk berpaling dari gaya konvensional menuju ke gaya modern dan praktis. Hal ini pula yang mendasari mbak Rub untuk cepat berinovasi dengan membuat Tepung Thiwul Siap Saji dan Gathot Siap Saji. Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi peluang yang menjanjikan bagi pelaku usaha bisnis yang mampu membaca keadaan.

Bagi kalian yang ingin melihat proses pembuatan Thiwul Panggang, memesannya sebagai cemilan dalam berbagai acara atau sekedar wisata kuliner untuk menambah ilmu pengetahuan dapat datang langsung ke Dukuh Cempluk Rt 05 Mangunan, Bantul, Yogyakarta atau menghubunginya via WhatsApp (mobile +6281904034217). Monggo J

------------------------------------------------------------------

Sebagian orang memilih rutinitas yang membosankan dengan menjadi karyawan yang mendapatkan penghasilan pasti setiap bulan, meskipun seringnya proses menunggu itu diwarnai dengan acara ‘sesak nafas’. Entah bekerja sebagai pegawai swasta maupun pegawai negeri, yang jelas kepastian penghasilan menjadi alasannya. Namun sebagian memilih untuk membuka usaha sendiri dengan penghasilan yang  tidak pasti. Tertarik mengelola bisnis sendiri meskipun harus dimulai dari skala kecil tentu membutuhkan mental entrepreneur yang kuat.

Bagaimana dengan menjadi karyawan namun tetap memiliki bisnis sendiri? Seperti itulah yang dilakukan oleh Bapak dan Ibu Sasmito. Penghasilan yang stabil tidak lantas membuat mereka malas berusaha. Mulai merintis usaha sejak masih menjadi pegawai negeri di salah satu kantor dinas Yogyakarta hingga kini setelah pensiun masih menekuni bisnisnya.


Menurut kesimpulan saya pribadi setelah berbincang dengan Bapak dan Ibu Sasmito, ‘memulai usaha itu mudah, yang sulit adalah mempertahankannya’ jika berbicara pada keterbatasan yang sebagian besar dikeluhkan oleh orang yang akan memulai usaha, yaitu modal. Sebenarnya kurang tepat, karena langgeng tidaknya sebuah usaha bukan bergantung pada modal,  artinya modal bukan satu-satunya faktor penentu. Kalaupun modal harus dijadikan sebagai penyumbang terbesar terhadap keberhasilan usaha, maka modal itupun tidak hanya terbatas pada materi, uang dan setara kas misalnya. Memulai sebuah usaha butuh banyak uang.

Bermula pada REMPAH-REMPAH. Tahukan kalian? Rempah-rempahlah yang telah memesonakan bangsa asing untuk datang ke Indonesia hingga akhirnya nusantara ini dijajah berabad-abad lamanya. Semuanya karena rempah-rempah, kekayaan Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Kapulaga (Ini lho yang membuat bangsa kita jadi rebutan)

Berbisnis sekaligus merawat keanekargaman hayati lokal adalah upaya yang dilakukan oleh Bapak dan Ibu Sasmito. Sejak dulu Indonesia sudah dikenal dengan berbagai macam rempah khas seperti cengkeh, pala, lada, kapulaga, tumbar, jinten, merica, secang, kayu manis, adas, dan masih banyak lainnya. Kita biasa menjumpai rempah tersebut sebagai bumbu yang melengkapi hidangan dengan cita rasa nusantara atau sebagian orang menggunakannya sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Minuman Organik Luluve

Berbeda dengan fungsinya sebagai bumbu, pasangan suami istri yang berasal dari Sleman ini justru lebih suka mengolah rempah sebagai bahan minuman herbal yang menyehatkan. Bisnis yang sudah mempunyai brand dengan nama LULUVEini tidak hanya menyediakan tanaman obat dalam bentuk mentah namun juga lengkap dengan berbagai olahannya. Meramu berbagai rempah hingga menghasilkan komposisi yang pas, sehat dan enak. Sehat tidak lagi senada dengan jamu pahit atau obat yang membuat kita muntah. Sehat kini dapat dinikmati dalam tegukan minuman berwadah praktis.
Minuman Organik berbahan Aloe Vera

Kapulaga yang secara ilmiah tergolong dalam keluarga Jahe-jahean, memiliki aroma khas sehingga banyak digunakan sebagai bahan penyedap masakan ternyata mampu diolah Pak Sasmito menjadi minuman herbal yang menyegarkan.
Jahe merah produksi Yogyakarta miliki Luluve


Ada keterampilan atau skill yang selama ini kurang dianggap berharga oleh Bapak dan Ibu Sasmito, skill yang sebenarnya sangat dibutuhkan dan harus melekat dalam jiwa seorang wirausaha. Dengan jumlah uang yang dimiliki mungkin hampir semua orang dapat memulai sebuah binis, dalam sekejap mendirikan usahanya dengan megah, namun untuk mempertahankannya? Belum tentu semuanya bisa. Hanya dengan berkedipsebagian orang dapat membangun sederet usaha baru yang tidak membutuhkan waktu lama, tetapi bagaimana dengan kelangsungan usaha tersebut? Dapatkah langgeng? Dalam bahasa orang ekonomi akuntansi, dikenal prinsip going concern, yang berarti bahwa sebuah usaha dimaksudkan akan beroperasi terus menerus. Namun kenyataan di lapangan menjaga sakinah mawadah warohmah-nya sebuah usaha tidaklah semudah teori yang kita pelajari, karena apa? Jawabannya adalah kesiapan mental sangat dibutuhkan dalam menjalankan usaha/bisnis yang dimiliki. Meskipun pada awalnya semua produk tersebut terkesan “apaan nih?” bagi banyak oranng.
Rempah mentah produk Luluve


Menimba ilmu dari usaha yang dirintis oleh mereka maka kesiapan mental adalah yang utama: pelaku usaha harus berani mengambil resiko, pantang menyerah, kreatif, inovatif, dan berpikir maju. Beberapa poin tersebut sudah menjadi menu wajib bagi seorang entrepreneur. Mendapatkan penghasilan lebih dari standar yang kita harapkan tentu menjadi sebuah keberhasilan , namun dalam kondisi tertentu mendapatkan penghasilan jauh dari yang diharapkan sudah menjadi resiko yang harus dihadapi. Karena memang seperti itulah bisnis, resiko tersebut selayaknya sudah diperhitungkan sebelum memulai usaha. Utamanya saat mengelola Usaha Kecil Menengah atau usaha dalam skala kecil.
Miuman rempah Luluve



Jangan salah, justru sektor UKM, khususnya PLUT-KUMKM di Yogyakarta inilah yang paling kuat dan mampu bertahan saat krisis global terjadi. Maka tidak mengherankan jika dalam perekonomian Indonesia Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peranan yang sangat penting, karena sebagian masyarakat Indonesia masih berpendidikan rendah dan menggantungkan hidup pada usaha kecil baik sektor tradisional maupun modern, disamping itu sektor UKM juga potensial dalam penyerapan tenaga kerja. Satu hal yang perlu digaris bawahi oleh kita semua, usaha besar berawal dari usaha kecil
Kontak UKM Luluve



--------------------------------------------------------------

Sebagai cikal bakal tumbuhnya usaha besar, maka UKM ibarat permata yang berharga dalam roda perekonomian bangsa. Dalam pemahaman Selera Pasar, kegiatan Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat membutuhkan strategi yang harus yang mendukung penjualan. Diantaranya adalah:
1.      Kegiatan pemasaran
2.      Periklanan
3.      Jejaring usaha (networking)


Adalah tiga hal yang sudah dioptimalkan oleh mbak Poppy Amalia dalam menjalankan bisnisnya. Masih berkonsep organik, hidup sehat, dan back to nature. Mbak Poppy yang merintis usaha dapur hijau, produksi snack tanpa msg, baby dan balita cookies, dan berbagai bumbu dapur non msg sangat pandai membaca peluang pasar dan menerapkan strategi pemasaran.
Produk De Hijau 

Saat ini langgengnya Usaha Kecil Menengahpun tidak lepas dari adanya teknologi dalam pemasaran, bahkan untuk UMK periklanan melalui sosial media adalah hal yang ‘wajib’ dilakukan, selain karena gratis, kecenderungan masyarakat kita saat ini memang berpaku pada gadget dan berbagai teknologi dalam lingkup sosmed.


Penerapan teknologi dalam menjalankan bisnis baik berbasis web maupun e-commerce sangat berpengaruh terhadap penjualan produk. Mbak Poppy sendiri mengenalkan produknya pertama kali melalui media sosial Facebookdan Instagram. Penggunaan teknologi sebagai strategi ternyata menjadi jurus ampuh dalam mendapatkan pangsa pasar, bahasa mudahnya adalah pelaggan lebih tertarik dengan produk yang diiklankan dalam sosial media. Selain mendorong UKM untuk dapat bersaing dengan usaha besar, penggunaan teknologi juga dapat membantu mbak Poppy sebagai pelaku bisnis dalam melakukan inovasi dan diferensiasi produk.



Bagi kalian yang ingin belajar bisnis berkonsep organic atau berbelanja produk-produk makanan sehat tanpa msg dapat berkunjung ke usaha mbak Poppy di Jl KH Dahlan Gg Mangga, Rt 04, Badegan, Bantul, Yogyakarta.

Read more »

Silahkan Tinggalkan Pesan dan Komentar Anda di sini... ; ) Terima Kasih atas Kunjungan Anda...

HARAP JANGAN PANGGIL SAYA "MAS" KARENA OWNER BLOG INI SEORANG WANITA