Showing posts with label PEPATAH JAWA. Show all posts
Showing posts with label PEPATAH JAWA. Show all posts

Saturday, August 3, 2013

PERIBAHASA DAN PEPATAH JAWA :KEMLADHEYAN NGAJAK SEMPAL



KEMLADHEYAN NGAJAK SEMPAL

Pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti benalu mengajak patah. Pepatah ini dalam masyarakat Jawa dimaksudkan sebagai bentuk petuah atau sindiran bagi orang yang menumpang pada seseorang, namun orang yang menumpang itu justru menimbulkan gangguan, kerugian, dan bahkan kebangkrutan bagi yang ditumpanginya.

Benalu adalah jenis tanaman parasit yang menghisap sari-sari makanan dari pohon yang ditumpanginya. Dalam pepatah di atas benalu tersebut tidak saja digambarkan menghisap sari-sari makanan dari induk tanaman yang ditumpanginya, namun benalu tersebut justru mengajak dahan yang ditumpanginya untuk patah.

Hal ini bisa terjadi pada sebuah keluarga yang menampung seseorang (atau semacam indekosan) akan tetapi orang yang menumpang itu dari hari ke hari justru menimbulkan kerugian pada yang induk semangnya. Kerugian itu bisa berupa materiil maupun spirituil. Mula-mula orang yang indekos ini hanya menempati sebuah kamar. Akan tetapi karena kelicikan dan keculasannya bisa saja kemudian ia melakukan rekayasa sehingga orang yang punya rumah induk justru terusir karenanya.

Contoh lain dari pepatah itu dapat dilihat juga pada berbagai peristiwa sosial yang kerap terjadi di tempat-tempat indekosan. Oleh karena sebuah keluarga menyediakan kamar-kamar indekosan, tidak jarang orang yang indekos akhirnya terlibat percintaan dengan bapak atau ibu kosnya sendiri sehingga keluarga yang semula menyediakan indekosan itu hancur urusan rumah tangganya.

Persoalan semacam itu juga dapat terjadi pada sebuah perusahaan. Orang yang mendapat kepercayaan pada sebuah perusahaan oleh karena jiwa tamak dan rakusnya sering kemudian memanfaatkan kekayaan atau dana perusahaan untuk memperkaya diri sendiri. Akibatnya perusahaan mengalami kebangkrutan atauy bahkan tutup usaha atau kegiatan karenanya,







Read more »

KUMPULAN KATA-KATA BIJAK, KATA MOTIVASI, KATA MUTIARA, KATA NASEHAT DALAM BAHASA JAWA

1.    Aja dumeh
       Jangan sombong
       Jangan meremehkan orang lain

2.    Jer basuki mawa beya
       Kesuksesan pasti membutuhkan beaya

3.    Ing ngarsa sung tuladha
       Di depan memberi contoh

4.    Ing madya mangun karsa
       Di tengah berkreasi

5.    Tut wuri handayani
       Di belakang memotivasi

6.    Bisaa rumangsa aja rumangsa bisa
       Lebih baik merasa tidak bisa namun bisa, dari pada merasa bisa ternyata tidak mampu

7.    Rawe-rawe rantas malang-malang putung
       Apapun penghalangnya, tetap maju terus, pantang mundur

8.    Sapa salah seleh
       Yang salah akan kalah

9.    Ajining dhiri aneng lati, Ajining raga aneng busana
       Kita akan dihargai karena ucapan dan penampilan kita

10.  Sapa temen tinemu
       Yang berusaha, yang sukses

11.    Sapa jujur luhur
        Yang jujur yang berharga
         Jujurlah! Derajadmu terjunjung

12.    Becik ketitik ala ketara
         Yang jujur dan yang bohong akan ketahuan

13.    Den asih, sutrisna
         Kasih sayang yang sangat tulus

14.    Mikul dhuwur mendhem jero
         Bisa menjaga nama baik orang tua

15.    Sepi ing pamrih rame ing gawe
         Setiap tindakan tidak mengharapkan balasan

16.    Tuna satak bathi sanak
         Kerugian sedikit namun beruntung mendapatkan saudara sehati

17.    Sadumuk bathuk sanyari bumi
         Perjuangan mendapatkan harga diri

18.    Sabaya mati sabaya mukti
         Bersama –sama dalam kesusahan dan kesuksesan

19.    Rukun agawe santosa crah agawe bubrah
         Kebersamaan membawa kekuatan, Bercerai-berai menjadikan kerusakan

20.    Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti
         Keberanian yang berlebihan akan sirna oleh kebajikan

21.    Aja kagetan, aja gumunan, ngendheg-endhegi gegayuhan
         Keheranan  yang berlebihan terhadap Hal baru akan mengganggu dalam mencapai Cita-cita

22.    Ajining mangsa ngungkuli ajining raja brana
         Waktu sangat berharga

23.    Aja cedhak kebo gupak
         Berdekatan dengan orang jelek akan terimbas jeleknya

Read more »

Kumpulan Pepatah, Peribahasa Jawa :SAPA NANDUR BAKAL NGUNDHUH



SAPA NANDUR BAKAL NGUNDHUH

Pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti siapa menanam akan menuai. Secara luas pepatah ini berarti bahwa apa pun yang kita perbuat di dunia ini akan ada hasilnya sesuai dengan apa yang kita perbuat. Ibarat orang menanam pohon pisang, ia pun akan menuai pisang di kemudian hari. Jika ia menanam salak ia pun akan menuai salak di kemudian hari.
Secara lebih jauh pepatah ini ingin mengajarkan kepada kita bahwa jika kita melakukan perbuatan yang tidak baik, maka di kemudian hari kita pun akan mendapatkan sesuatu yang tidak baik. Entah itu dari datangnya atau bagaimanapun caranya. Intinya, pepatah ini ingin mengajarkan hukum keseimbangan yang dalam bahasa Indionesia mungkin sama maknanya dengan pepatah, siapa menabur angin akan menuai badai.
Jika Anda merasa berbuat buruk, lebih-lebih perbuatan buruk tersebut merugikan, melemahkan, mengecilkan, bahkan “mematikan” orang lain, bersiap-siaplah Anda untuk menerima balasannya kelak di kemudian hari. Balasan itu mungkin sekali tidak langsung mengenai Anda, tetapi bisa juga mengenai anak keturunan Anda, saudara, atau famili Anda.
Apabila Anda merasa telah berbuat kebajikan, Anda boleh merasa tenteram sebab Anda pun akan menuai hasilnya kelak di kemudian hari. Hasil itu mungkin tidak langsung Anda terima, namun bisa jadi yang menerima adalah anak keturunan Anda, saudara, atau famili Anda. Hasil itu belum tentu sama seperti yang Anda perbuat, namun bobot, makna, atau nilainya barangkali bisa sama.

Demikian makna pepatah yang masih banyak diyakini kebenarannya oleh masyarakat Jawa ini.

Read more »

Kumpulan Peribahasa, Pepatah Jawa (Bebasan, Paribasan) : AMEMAYU HAYUNING BUWANA



AMEMAYU HAYUNING BUWANA

Pepatah Jawa ini secara harfiah berati mempercantik kecantikan dunia. Pepatah ini menyarankan agar setiap insan manusia dapat menjadi agen bagi tujuan itu. Bukan hanya mempercantik atau membuat indah kondisi dunia dalam pengertian lahir batin, namun juga bisa membuat hayu dalam pengertian rahayu ’selamat’ dan sejahtera.

Dengan demikian pepatah ini sebenarnya ingin menyatakan bahwa alangkah indah, selamat, cantik, dan eloknya kehidupan di dunia ini jika manusia yang menghuninya bisa menjadi agen bagi hamemayu hayuning buwana itu. Untuk itu setiap manusia disarankan untuk tidak merusakkan dunia dengan perilaku-perilaku buruk dan busuk. Perilaku yang demikian ini akan berbalik pada si pelaku sendiri dan juga lingkungannya. Hal inilah yang merusakkan dunia. Untuk itu pengekangan diri untuk tidak berlaku jahat, licik, culas, curang, serakah, menang sendiri, benar sendiri, dan seterusnya perlu diwujudkan untuk mencapai hayuning buwana.

Tentu saja makna yang dimaksudkan oleh pepatah ini adalah makna dalam pengertian lahir batin. Keduanya harus seimbang. Tanpa itu apa yang dimaksud dari hamemayu hayuning buwana itu akan gagal. Sebab tindakan yang tidak didasari ketulusan dan kesucian hati hanya akan menumbuhkan pamrih di luar kewajaran atau tendensi yang barangkali justru menjadi bumerang bagi tujuan pepatah itu. Sebab hamemayu hayuning buwana mendasarkan diri pada niat yang suci atau tulus dalam mendarmabaktikan karya (kerjanya) bagi dunia.

Cr: alangalangkumitir.wordpress.com

Read more »

Kumpulan Peribahasa, Pepatah Jawa (Bebasan, Paribasan) : AMEMAYU HAYUNING BUWANA



AMEMAYU HAYUNING BUWANA

Pepatah Jawa ini secara harfiah berati mempercantik kecantikan dunia. Pepatah ini menyarankan agar setiap insan manusia dapat menjadi agen bagi tujuan itu. Bukan hanya mempercantik atau membuat indah kondisi dunia dalam pengertian lahir batin, namun juga bisa membuat hayu dalam pengertian rahayu ’selamat’ dan sejahtera.

Dengan demikian pepatah ini sebenarnya ingin menyatakan bahwa alangkah indah, selamat, cantik, dan eloknya kehidupan di dunia ini jika manusia yang menghuninya bisa menjadi agen bagi hamemayu hayuning buwana itu. Untuk itu setiap manusia disarankan untuk tidak merusakkan dunia dengan perilaku-perilaku buruk dan busuk. Perilaku yang demikian ini akan berbalik pada si pelaku sendiri dan juga lingkungannya. Hal inilah yang merusakkan dunia. Untuk itu pengekangan diri untuk tidak berlaku jahat, licik, culas, curang, serakah, menang sendiri, benar sendiri, dan seterusnya perlu diwujudkan untuk mencapai hayuning buwana.

Tentu saja makna yang dimaksudkan oleh pepatah ini adalah makna dalam pengertian lahir batin. Keduanya harus seimbang. Tanpa itu apa yang dimaksud dari hamemayu hayuning buwana itu akan gagal. Sebab tindakan yang tidak didasari ketulusan dan kesucian hati hanya akan menumbuhkan pamrih di luar kewajaran atau tendensi yang barangkali justru menjadi bumerang bagi tujuan pepatah itu. Sebab hamemayu hayuning buwana mendasarkan diri pada niat yang suci atau tulus dalam mendarmabaktikan karya (kerjanya) bagi dunia.

Cr: alangalangkumitir.wordpress.com

Read more »

Silahkan Tinggalkan Pesan dan Komentar Anda di sini... ; ) Terima Kasih atas Kunjungan Anda...

HARAP JANGAN PANGGIL SAYA "MAS" KARENA OWNER BLOG INI SEORANG WANITA