SAPA NANDUR BAKAL
NGUNDHUH
Pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti siapa menanam akan menuai. Secara luas pepatah ini berarti bahwa apa pun yang kita perbuat di dunia ini akan ada hasilnya sesuai dengan apa yang kita perbuat. Ibarat orang menanam pohon pisang, ia pun akan menuai pisang di kemudian hari. Jika ia menanam salak ia pun akan menuai salak di kemudian hari.
Secara lebih jauh pepatah ini ingin
mengajarkan kepada kita bahwa jika kita melakukan perbuatan yang tidak baik,
maka di kemudian hari kita pun akan mendapatkan sesuatu yang tidak baik. Entah
itu dari datangnya atau bagaimanapun caranya. Intinya, pepatah ini ingin
mengajarkan hukum keseimbangan yang dalam bahasa Indionesia mungkin sama
maknanya dengan pepatah, siapa menabur angin akan menuai badai.
Jika Anda merasa berbuat buruk,
lebih-lebih perbuatan buruk tersebut merugikan, melemahkan, mengecilkan, bahkan
“mematikan” orang lain, bersiap-siaplah Anda untuk menerima balasannya kelak di
kemudian hari. Balasan itu mungkin sekali tidak langsung mengenai Anda, tetapi
bisa juga mengenai anak keturunan Anda, saudara, atau famili Anda.
Apabila Anda merasa telah berbuat
kebajikan, Anda boleh merasa tenteram sebab Anda pun akan menuai hasilnya kelak
di kemudian hari. Hasil itu mungkin tidak langsung Anda terima, namun bisa jadi
yang menerima adalah anak keturunan Anda, saudara, atau famili Anda. Hasil itu
belum tentu sama seperti yang Anda perbuat, namun bobot, makna, atau nilainya
barangkali bisa sama.
Demikian makna pepatah yang masih banyak diyakini kebenarannya oleh masyarakat Jawa ini.