Thursday, February 13, 2014

KUMPULAN KALIMAT MUTIARA DARI BUKU TERE LIYE-KAU, AKU & SEPUCUK ANGPAU MERAH

“Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong.”
 ― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

  “Berasumsi dengan perasaan, sama saja dengan membiarkan hati kau diracuni harapan baik, padahal boleh jadi kenyataannya tidak seperti itu, menyakitkan.”
 ― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

“Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gilau kepala ikan, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita bersarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu seperti kau bosan makan gulai kepala ikan.”
 ― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

  “Cinta itu macam musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti.”
 ― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

“Nak, perasaan itu tidak sesederhana satu tambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan.”
 ― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

 “Nah, walau tiga suku bangsa ini punya kampung sendiri, kampung Cina, kampung Dayak, dan kampung Melayu, kehidupan di Pontianak berjalan damai. Cobalah datang ke salah satu rumah makan terkenal di kota Pontianak, kalian dengan mudah akan menemukan tiga suku ini sibuk berbual, berdebat, lantas tertawa bersama—bahkan saling traktir. “Siapa di sini yang berani bilang Koh Acong bukan penduduk asli Pontianak?” demikian Pak Tua bertanya takzim.”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

 “Tidak ada kesalahan, kekeliruan, apalagi dosa dalam sebuah perasaan, bukan?”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah



 “perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat, hebat sekali benda bernama perasaan itu, dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan di kejap berikutnya mengubah harimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah



“Ibu, usiaku dua puluh dua, selama ini tidak ada yang mengajariku tentang perasaan-perasaan, tentang salah paham, tentang kecemasan, tentang bercakap dengan seorang yang diam-diam kau kagumi. Tapi soer ini, meski dengan menyisakan banyak pertanyaan, aku tahu, ada momen penting dalam hidup kita ketika kau benar-benar merasa ada sesuatu yang terjadi di hati. Sesuatu yang tidak pernah bisa dijelaskan. Sayangnya, sore itu juga menjadi sore perpisahanku, persis ketika perasaan itu mulai muncul kecambahnya.”
 ― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

“Cinta sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirudung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya.”
 ― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah


 “Perasaan adalah perasaan, Borno. Orang seperti kau, lebih suka rusuh dengan perasaan itu sendiri. Rusuh dengan harapan, semoga besok bertemu, semoga besok ada penjelasan baiknya. Semoga. Semoga.”
 ― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

 “Jika dia memutuskan untuk pergi menjauh, itu berarti sudah saatnya kau memulai kesempatan baru. Percayalah, jika dia memang cinta sejati kau, mau semenyakitkan apa pun, mau seberapa sulit liku yang harus dilalui, dia tetap akan bersama kau kelak, suatu saat nanti. Langit selalu punya skenario terbaik. Saat itu belum terjadi, bersabarlah. Isi hari-hari dengan kesempatan baru. Lanjutkan hidup dengan segenap perasaan riang.”
 ― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah


“Apalah nama perasaan ini? Dia telah pergi, terpisah ribuan kilometer dariku.”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

 “Ah, tidak ada yang lebih indah dibanding masa muda. Ketika kau bisa berlari secepat yang kau mau, bisa merasakan perasaan sedalam yang kau inginkan, tanpa takut terkena penyakit atas semua itu.”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

 “Borno, jangan pernah menilai sesuatu sebelum kau selesai dengannya, mengenal dengan baik.”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

 “Alangkah banyaknya pencinta yang justru berusaha tampil hebat, keren, gagah, sampai dia lupa menjadi dirinya sendiri.”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

“Urusan perasaan itu ajaib sekali, bahkan bisa membuat merasa sepi di tengah keramaian, ramai di tengah kesepian.”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

 “..., terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan.”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

“Aku hanya berani bermimpi, sungguh tidak terhitung berapa kali aku bermimpi tentang kau.”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah
“Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kau pamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan itu semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu".”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah


 “Ketika situasi memburuk, ketika semua terasa berat dan membebani, jangan pernah merusak diri sendiri.”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

“Apakah sekarang semuanya mulai jelas? Apakah sekarang kau mulai yakin atas hubungan ini? Apakah kau sudah punya jawabannya? Kalau sudah, bisakah kau segera memberitahuku? Kemajuan sedikit saja di hati kau akan memberikan rasa tenteram yang luar biasa bagiku. Bukan sebaliknya, hingga hari ini aku hanya berkutat dengan harapa-harapan---karena itulah yang tersisa.”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

 “Langit selalu punya skenario terbaik. Saat itu belum terjadi, bersabarlah. Isi hari-hari dengan kesempatan baru. Lanjutkan hidup dengan segenap perasaan riang.”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah


Silahkan Tinggalkan Pesan dan Komentar Anda di sini... ; ) Terima Kasih atas Kunjungan Anda...

HARAP JANGAN PANGGIL SAYA "MAS" KARENA OWNER BLOG INI SEORANG WANITA