SADUMUK BATHUK SANYARI
BUMI DITOHI PATI
Pepatah Jawa ini secara harfiah berarti satu sentuhan dahi, satu jari (lebar)-nya bumi bertaruh kematian. Secara luas pepatah tersebut berarti satu sentuhan pada dahi dan satu pengurangan ukuran atas tanah (bumi) selebar jari saja bisa dibayar, dibela dengan nyawa (pati).
Pepatah di atas sebenarnya secara
tersirat ingin menegaskan bahwa tanah dan kehormatan atau harga diri bagi orang
Jawa merupakan sesuatu yang sangat penting. Bahkan orang pun sanggup membela
semuanya itu dengan taruhan nyawanya. Sentuhan di dahi oleh orang lain bagi
orang Jawa dapat dianggap sebagai penghinaan. Demikian pula penyerobotan atas
kepemilikan tanah walapun luasnya hanya selebar satu jari tangan. Sadumuk
bathuk juga dapat diartikan sebagai wanita/pria yang telah syah mempunyai
pasangan hidup pantang dicolek atau disentuh oleh orang lain. Bukan masalah
rugi secara fisik, tetapi itu semua adalah lambang kehormatan atau harga diri.
Artinya, keduanya itu tidak dipandang sebagai sesuatu yang lahiriah atau tampak mata semata, tetapi lebih dalam maknanya dari itu. Keduanya itu identik dengan harga diri atau kehormatan. Jika keduanya itu dilanggar boleh jadi mereka akan mempertaruhkannya dengan nyawa mereka.