VIVAlife - Cinta itu buta. Adagium populer ini mengantarkan sebuah studi masuk pada kesimpulan baru: cinta tidak hanya membutakan, tapi juga membuat seseorang menjadi tampak bodoh seketika.
Profesor Robin Dunbar, seorang psikolog evolusi di Universitas Oxford, berpendapat bahwa ketika mengalami getaran cinta, bagian otak manusia yang mengontrol pikiran-pikiran kritis dan rasional terganggu, The Times, melaporkan.
Dunbar mengembangkan teorinya setelah menganalisis temuan University College London satu dekade silam, terkait percobaan mengenai aktivitas otak.
Penelitian ini melibatkan sedikitnya 17 partisipan yang memiliki cinta mendalam dan sangat tergila-gila dengan kekasihnya. Melalui sistem pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI), Dunbar melakukan pengamatan terhadap aktivitas otak para responden yang tengah memandangi gambar-gambar kekasihnya.
Dunbar mengatakan bahwa ketika para responden menatap gambar seseorang yang mereka cintai, bagian otak mereka yang mengontrol rasionalitas terpengaruh dan menumpulkan kemampuan kritis. Yang kemudian tampak seperti kehilangan fokus pikiran atau "hang".
Sementara studi terdahulu yang dimuat dalam Psychological Science mengungkap bahwa saat jatuh cinta, tubuh manusia juga memproduksi hormon cinta yang menyebar ke seluruh tubuh. Hormon ini menurunkan aktivitas otak terkait penilaian-penilaian negatif, sehingga kerap memicu pemikiran tak obyektif yang mengarah pada anggapan: cinta itu buta.
Profesor Robin Dunbar, seorang psikolog evolusi di Universitas Oxford, berpendapat bahwa ketika mengalami getaran cinta, bagian otak manusia yang mengontrol pikiran-pikiran kritis dan rasional terganggu, The Times, melaporkan.
Dunbar mengembangkan teorinya setelah menganalisis temuan University College London satu dekade silam, terkait percobaan mengenai aktivitas otak.
Penelitian ini melibatkan sedikitnya 17 partisipan yang memiliki cinta mendalam dan sangat tergila-gila dengan kekasihnya. Melalui sistem pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI), Dunbar melakukan pengamatan terhadap aktivitas otak para responden yang tengah memandangi gambar-gambar kekasihnya.
Dunbar mengatakan bahwa ketika para responden menatap gambar seseorang yang mereka cintai, bagian otak mereka yang mengontrol rasionalitas terpengaruh dan menumpulkan kemampuan kritis. Yang kemudian tampak seperti kehilangan fokus pikiran atau "hang".
Sementara studi terdahulu yang dimuat dalam Psychological Science mengungkap bahwa saat jatuh cinta, tubuh manusia juga memproduksi hormon cinta yang menyebar ke seluruh tubuh. Hormon ini menurunkan aktivitas otak terkait penilaian-penilaian negatif, sehingga kerap memicu pemikiran tak obyektif yang mengarah pada anggapan: cinta itu buta.